Tak peduli apakah tiga puluh atau
tiga ratus enam puluh lima
surat cinta
yang sedianya kukirimkan kepadamu
satu demi satu di setiap harinya
tak akan ada yang bisa menjangkaumu
di tengah-tengah Taman Asoka
Maafkan aku, sayang,
jika aku lebih suka menyimpan
busur dan panah Guwawijaya
dan melangkah pergi
dari jalanan Alengka yang berbatu
(tersandung, tersesat, tertatih
berbekalkan hati yang terkutuk perih)
daripada harus melesatkan senjata
kepada ia yang sekarang memilikimu
Maka, biarkanlah aku,
mengumpulkan serpihan dirimu
yang telah kutulis pada kertas-kertas berserakan ini
lalu membakarnya dalam api
dan biarkan ingatan tentangmu lenyap
bersamaan dengan asap yang menjemput langit petang
karena hanya keajaiban yang mampu mewujudkan harap
kemudian membawamu kembali pulang
lantas menuliskan sejarah tepat seperti seharusnya:
bahwa Rama akan selalu menang atas Rahwana
bahwa cinta itu sebanding dengan nyawa
Teruntuk #7HariMenulis. Didedikasikan juga kepada #30HariMenulisSuratCinta
you definitely should write like this anymore. you have created a fans dude.
ReplyDeletebravo.
Ah, padahal ini asal-asalan sekali, lho, Bang. Makasih banget. :D
Deleteseharusnya cinta tidak cuma menunggu keajaiban, ndre. tapi kita juga harus...
ReplyDeleteah, sudahlah...